Dirgahayu Negaraku ke-68

indonesia_flagGegap gempita negaraku merayakan dirgahayu ke-68. Sejak pagi hingga sore selalu mengenai perayaan kemerdekaan. Ada yang mengabarkan tentang upacara dibawah laut, *(saya belum mendengar ada upacara di bawah tanah). Ada upacara di atas gunung, upacara di negara lain, dan sebagainya. Tentunya kita harus mengapresiasi mereka karena telah menunjukkan keseriusannya dalam memeriahkan kemerdekaan negara kita.

Ada hal yang menarik yang saya perhatikan di hari kemerdekaan negara Indonesia ini. Hidupkanlah TV,

anda akan mendengar bahwa kita belum menikmati kemerdekaan sesuai dengan cita cita para pejuang. Bahkan ada yang berkata para pejuang pasti akan kecewa jika melihat kita dalam kondisi seperti ini di 68 tahun setelah kita merdeka. Topik yang paling banter adalah menyangkut ekonomi, khususnya ekonomi kerakyatan. Hal yang membuat saya heran adalah hampir setiap perayaan kemerdekaan RI selalu ada opini tersebut/kritik di media-media terutama Televisi. Apakah kita ini negara yang kurang belajar? sudah jelas-jelas tiap tahun selalu dikritik, namun kritikan itu setiap tahun selalu ada. Apakah kritikan itu juga semacam Ceremony? Akan tetap ada meski sudah merdeka 1000 tahun kemudian? Atau, sebenarnya konsep ekonomi kerakyatan itu baru sekedar konsep, belum diturunkan menjadi pelaksanaan tehnis yang bisa mudah diimplementasikan secara nyata di lapangan? Sehingga tidak satupun yang akan bisa mewujudkan mimpi indah para pejuang? Atau, kritikan itu tidak pernah didengar oleh siapapun, karena semua orang di bumi Indonesia ini tak satupun yang merasa menjadi pemerintah? Semuanya merasa menjadi rakyat?

Aneh bin ajaib, reformasi sudah 10 tahun lebih, tetap saja tidak ada yang bisa mengatakan ekonomi kerakyatan itu sudah terlaksana. Bahkan saya yakin 100% pemilu mendatang juga baru janji ekonomi kerakyatan yang diusung untuk mendapatkan suara banyak dan menang pemilu. Tetap selalu ada yang mengatakan bahwa ekonomi Indonesia mengarah kepada kapitalisme. Ironis. Apa yang bisa saya lakukan sebagai rakyat yang setiap hari hanya bisa mengikuti perkembangan negara melalui televisi. Saya tidak puas mendengar semua berita yang tidak kunjung henti mengatakan bahwa kita sebenarnya belum merdeka. Tak ada yang benar-benar mau melakukan perubahan dan mewujudkan kemerdekaan yang dikatakan belum terlaksana.

Padahal, jika anda dikatakan belum cukup tampan atau cantik, kemungkinan besar anda di rumah akan segera menghadap cermin. Namun tidak begitu dengan negaraku. Cuek. Super Cuek. Sejak kecil sampai saya punya anak, masih selalu ada yang mengatakan kita belum merdeka, pembangunan kita belum merata, harga masih belum berpihak kepada rakyat, korupsi merajalela, Cengkraman perusahaan asing terhadap sumber daya alam, Kapitalisme meraja, tetap tidak mau instropeksi diri.

Atau, ini pilihan terakhir. Mungkinkah kita hanya kurang bersyukur? Sebenarnya kemerdekaan sudah terlaksana. Perekonomian sudah memihak rakyat, hanya saja rakyatnya yang menginginkan lebih. Bahkan para pencetus kemerdekaan pun belum membuat secara detil bagaimana kondisi negara kita yang merdeka. Semuanya masih berupa kata atau kalimat yang umum. Kesejahteraan rakyat, Keadilan rakyat, atau Kerakyatan.

Saya semakin tidak mengerti dengan pemikiran saya sendiri saat ini. Yang pasti saya yakini, tahun depan juga negara belum merdeka sepenuhnya. Pasti akan ada pengamat politik yang muncul di televisi dan mengatakan hal yang sama dengan hari ini.

Apapun itu, Indonesia perlu sosok yang bisa menjawab semua kritikus politik ini dan mewujudkan mimpi para pejuang untuk melanjutkan perjalanan Indonesia setelah melalui jembatan emas yang dikatakan sebagai hari kemerdekaan.

Semoga, Merdeka!!!!

*) satu pertanyaan yang tidak bisa saya jawab : apa yang bisa saya bantu untuk negara guna mewujudkan ekonomi kerakyatan tersebut sesuai dengan obrolan para kritikus politik? -pantas saja semua tidak berubah jika semua elemen negara bingung seperti saya-

Tinggalkan komentar